My wife's note
Seseorang mengirim e-mail,isinya seperti ini......" AL Ghazali bertanya pada murid-muridnya apa yang paling dekat di dunia ini, murid-muridnya menjawab, yang paling dekat dengan kita adalah orang tua, anak, istri, suami, guru, dan sahabat. Semua jawaban itu tidak salah, tapi kata Al Ghazali “sesungguhnya yang paling dekat dengan kita adalah KEMATIAN”......."
Kadang memang kita selalu lupa, kita sering merasa bahwa kita akan selalu hidup selamanya, dan melupakan kehidupan akhir. Hampir seluruh waktu kita gunakan untuk mencari kehidupan dunia, tanpa mempedulikan apakah yang kita cari halal atau tidak. Kadang juga kita tidak mempedulikan apakah yang kita lakukan diridhoi Allah atau tidak.
Ada satu kepastian diantara ketidakpastian dalam kehidupan manusia. Dimana secara sadar atau tidak, manusia sesungguhnya menuju kepada-Nya. Tidak perduli apakah ia siap atau tidak, tua atau muda, cepat atau lambat. Bagi sebagian orang, ia hanyalah proses alamiah dalam sebuah kehidupan. Menjadi akhir peristirahatan dari segala kegalauan. Bagi sebagian lain ia adalah awal dari sebuah kehidupan. Itulah kematian.
Ibarat sebuah sungai, muaranya merupakan pintu gerbang samudra. Begitu pula dengan kematian, kematian adalah muara bagi pintu gerbang samudra kehidupan yang luas dan kekal.
Sesungguhnya setiap orang telah memilih bagaimana akhir kehidupannya. Dan pilihan itu ada pada bagaimana menjalani kehidupannya, seperti itulah kemungkinan besar ia akan menghadapi kematiannya. Karena sesungguhnya dengan menjalani kehidupan berarti kita sedang berjalan menuju kematian.
"Katakanlah sesungguhnya kematian yang kamu semua melarikan diri darinya itu, pasti akan menemui kamu, kemudian kamu semua akan dikembalikan ke Dzat yang Maha Mengetahui segala yang ghaib serta yang nyata." (QS. Jum'ah:8).
Dahulu Rasulullahpun telah mengingatkan akan kematian dalam sebuah sabdanya :
"Perbanyaklah mengingat-ingat sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan (kematian)." (HR. Tirmidzi)
Kehidupan bukan hanya sebagai sarana menghadapi dan mempersiapkan kematian namun menjemput kematian melalui seni kematian. Paradigma seni kematian memang masih aneh dalam fikiran masyarakat saat ini. Kematian hanyalah kematian. Bagaimana mungkin sesuatu yang nafsu membenci bertemu dengannya menjadi sesuatu yang jiwa bergairah berjumpa dengannya ? Inilah salah satu ajaran Islam yang agung, mengatur dari hal-hal kecil kehidupan sampai kenegaraan, dari awal memulai kehidupan sampai bagaimana menjemput kematian dalam koridor-Nya.
Bagi sebagian orang, kematian adalah panglima nasihat dan guru kehidupan. Sedikit saja lengah dari memikirkan kematian maka artinya telah kehilangan guru terbaik dalam hidupnya. Inilah yang membuat seorang Sayyid Qutb berkata di tiang gantungan Rezim Pemerintah Gamal Abdun Naser berkata, ''Hiduplah Anda dalam keadaan mulia, atau matilah dalam keadaan mati syahid''.
Seni kematian yang paling indah juga dicontohkan para sahabat dalam membela risalah Islam dalam sepanjang sejarah kehidupan manusia.
"Cukuplah kematian itu sebagai penasehat." (HR. Thabrani dan Baihaqi)
Kehidupan dunia memang melenakan, dan kita selalu tak pernah puas dengan apa yang kita cari. Istilahnya kaki kita jadikan kepala dan kepala kita jadikan kaki dalam mengejar harta, kedudukan, yang akhirnya melupakan kewajiban kita pada-Nya. Gemerlapnya dunia dapat menjadikan kita jauh dengan-Nya.
Yang terbaik ialah yang terbanyak ingatannya kepada kematian serta yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka itulah orang yang benar-benar cerdas dan mereka akan pergi ke alam baka dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akhirat. (HR. Ibnu Majah)
Sekarang adakah dalam hati kita kematian itu sebagai penasihat terbaik kita dan memulai menata hati, jiwa dan raga untuk menjemput kematian dengan seni kematian yang begitu indah dalam Islam. Semoga,selagi masih ada waktu,karena menang benar seperti yang Al Ghazali katakan, sesungguhnya yang paling dekat dengan kita adalah "Kematian"
Wallohu a'alam.
Senin, 10 Agustus 2009
Yang Paling Dekat........
Diposting oleh ALLES GUTE! di 07.42
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar