Kabupaten Kuningan menjadi salah satu icon sejarah dunia sejak terjadinya peristiwa ‘Perundingan Linggarjati’. Eksistensinya semakin kukuh ketika para pakar sejarah menemukan situs purbakala di Cipari pada tahun 1972. Situs purbakala yang ditemukan merupakan peninggalan zaman Megalitikum (batu besar), seperti menhir, dolmen, punden berundak, sarcophagus, kapak batu jenis beliung, gelang batu, dan peralatan batu lainnya. Upaya para pakar sejarah tidak berhenti sampai di situ, beberapa tahun kemudian ditemukan pula peninggalan zaman Megalitikum lainnya di 8 tempat, yaitu di Desa Cibuntu Kecamatan Pasawahan, Desa Patalagan Kecamatan Pancalang, Desa Rajadanu Kecamatan Japara, Desa Ragawacana Kecamatan Kramatmulya, Kelurahan Cirendang Kecamatan Kuningan, Pagerbarang Desa Citangtu Kecamatan Kuningan, Panawar Beas Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur, dan Kelurahan Cigadung Kecamatan Cigugur (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Kuningan, 2003). Penemuan prasejarah yang cukup banyak di berbagai tempat ini oleh pakar sejarah Kuningan K. Rusman disebut dengan ‘Sebaran Megalitikum di Kabupaten Kuningan’.
Penemuan prasejarah yang mengagumkan di atas ternyata tidak terputus begitu saja. Pada tahun 1974-an Drs. Bejo, guru Sejarah SMAN 1 Kuningan, dan penduduk Dusun Banjaran Desa Jabranti Kecamatan Karangkancana berhasil menemukan batu tulis di Gunung Banjaran yang letaknya masuk ke dalam wilayah daerah Salem Provinsi Jawa Tengah. Penemuan batu tulis ini menunjukkan dimulainya peradaban zaman sejarah yang memasuki tahun Masehi. Dengan demikian bukti ini merupakan salah satu mata rantai sejarah yang jelas mulai zaman prasejarah Megalitikum sampai dengan zaman sejarah hingga kini.
Berdasarkan informasi yang ada, di tempat ditemukannya batu tulis tersebut ditemukan pula peninggalan prasejarah yang terkubur. Terungkapnya peninggalan tersebut bermula dari penemuan peta batu oleh Drs. Bejo. Setelah ditelusuri peta tersebut menunjukkan beberapa peninggalan prasejarah yang terkubur. Peninggalan tersebut berupa sarcophagus, kapak batu, peralatan pertanian dari batu, dan alat yang mirip dengan ‘balencong’ sekarang. Untuk menjaga keutuhan benda-benda tersebut, penemuan itu dikuburkan kembali. Sudah pasti tempat tersebut telah menjadi saksi sejarah di mana terjadinya pergantian masa dari zaman prasejarah menuju zaman sejarah.
Batu tulis yang ada di Gunung Banjaran jumlahnya ada 3, dari mulai tingginya kira-kira 45 cm hingga mencapai 167 cm. Masing-masing batu memiliki bentuk dan pictograph yang berbeda. Batu tulis terkecil mirip sebuah kerucut dengan pictograph yang sudah tidak jelas, berupa gambaran kehidupan manusia pada masa itu. Batu kedua bentuknya membulat dengan pictograph menyerupai peta. Batu ketiga tingginya hampir sama sekitar 167 cm dengan bentuk menjulang tinggi layaknya sebuah menhir. Batu ketiga ini letaknya di tepi jalan setapak yang mirip dengan gapura. Pictograph pada batu ketiga didominasi oleh dua ekor naga dan pemburu.
Bila dilihat dari pictograph yang mendominasinya, diduga batu tulis tersebut merupakan batas dari suatu daerah yang ada pada awal masehi. Daerah yang dimaksud kemungkinan daerah yang akan menjadi cikal bakal Kuningan yang pada waktu itu dipimpin oleh Prabu Seuweukarma. Saat itu agama Hindu dan Budha berkembang pesat dan banyak menceritakan kehadiran sang naga dan para punakawan pewayangan. Akan tetapi ada juga dugaan lain, yaitu adanya pengaruh agama Islam dari Cirebon yang mulai masuk ketika Kerajaan Luragung berjaya. Hal tersebut diperkuat dengan adanya guci air dari Cina yang berada tidak jauh dari lokasi tersebut. Penyebaran agama Islam di wilayah III Cirebon saat itu dibarengi dengan kedatangan Putri Ong Tin dari Campa.
Keterbatasan di atas diharapkan dapat disempurnakan lagi melalui penelitian lanjutan oleh para pakar sejarah dan ahli kimia agar diketahui pasti kapan batu tulis itu ada melalui uji karbon dan literatur. Pelapukan batuan yang nyata akan menjadi kendala pada penelitian selanjutnya. Oleh karena itu diharapkan sekali segera dilakukan penelitian agar terselamatkan aset sejarah bangsa yang sangat berharga.***
Penulis adalah guru SMAN 1 Cigugur dan Pembina KIR yang membimbing penelitian langsung ke Batu Tulis Banjaran.
Sabtu, 01 September 2007
BATU TULIS JABRANTI
Diposting oleh ALLES GUTE! di 06.20
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 komentar:
Baru tahu, bagus tuh!
Assalamualaikum, abdi nuju riset di sekitar Gunung Tilu (karangkancana dsk) tentang Harimau Jawa, jadi yg berkaitan dgn daerah itu saya coba terbitkan kembali di blog saya, haturnuhun
Pak guru, Kapan jalan-jalan ke Situs Batu tulis banjaran Jabranti?
Pak Guru tahu ng, cerita, kota tingkem, batu karut dan jerat nagtung? di Jabranti?
minta nomor hpnya, Pak.
taqygeo@gmail.com
Pak guru, Kapan jalan-jalan ke Situs Batu tulis banjaran Jabranti?
Pak Guru tahu ng, cerita, kota tingkem, batu karut dan jerat nagtung? di Jabranti?
minta nomor hpnya, Pak.
taqygeo@gmail.com
Posting Komentar