CONTENT AND LANGUAGE INTEGRATED LEARNING
Oleh:
MOHAMAD MUHTAR
Implementasi bilingual learning bukan sekedar menterjemahkan Bahasa Asing ke dalam Bahasa Nasional (atau Bahasa Ibu) melainkan dengan teknik dan startegi tertentu hingga pembelajaran tersebut bermakna.
Akhir-akhir ini istilah ‘bilingual learning’ atau pembelajaran dwibahasa sering dibicarakan orang seiring dengan bermunculannya sekolah nasional bertaraf internasional bentukan pemerintah, baik di tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Serangkaian seminar dan diklat pun digelar oleh pemerintah maupun sekolah yang bersangkutan untuk mengupas tuntas teknik dan strategi jitu agar pembelajaran dwibahasa tersebut bisa berjalan dengan baik. Implementasi pembelajaran dwibahasa ini sangat penting bagi sekolah-sekolah tersebut sebagai salah satu ciri yang membedakannya dengan sekolah biasa. Saat ini pembelajaran dwibahasa hanya difokuskan pada 3 mata pelajaran utama, yaitu Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA.
Memang tidak mudah mengimplementasikan pembelajaran dwibahasa pada suatu pembelajaran. Hal itu dikarenakan beberapa dimensi yang harus diperhatikan dan diantisipasi dengan jeli. Sedikitnya ada 5 dimensi yang harus ditaklukan adalah: 1) dimensi budaya, 2) dimensi lingkungan, 3) dimensi bahasa, 4) dimensi isi, dan 5) dimensi pembelajaran (British Council, 2007). Bilamana kelima hal tersebut telah teratasi dengan baik maka pembelajaran dwibahasa bisa dilaksanakan dengan baik.
Terlepas dari penanganan kelima dimensi di atas, penulis akan memperkenalkan dan berbagi pengalaman kepada pembaca tentang pemaduan pembelajaran Bahasa Inggris dan materi/substansi mata pelajaran lain. Teknik dan strategi ini lebih dikenal dengan sebutan Content And Language Integrated Learning (CLIL) yang telah diimplementasikan di negara-negara Eropa dan Amerika Utara.
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat dan sederhana bagaimana pembelajaran dwibahasa dengan implementasi CLIL tersebut dalam tujuh langkah.
Pertama, memperkenalkan pokok bahasa yang akan dipelajari siswa dengan bahasa pengantar yang dikuasai peserta didik (baca : Bahasa Indonesia).
Kedua, memperkenalkan istilah-istilah kunci pada pokok bahasan tersebut dalam bahasa Inggris sambil memperagakan/mendemontrasikannya. Istilah-istilah tersebut terus diulang-ulang dan diikuti peserta didik.
Ketiga, agar penguasaan istilah tersebut lebih baik maka peserta didik diberikan kesempatan untuk memperagakannya.
Keempat, bilamana peserta didik telah menguasai istilah-sitilah kunci tersebut maka materi pokok bisa diberikan dalam dua bahasa. Akan tetapi, khusus untuk istilah-istilah kunci tetap menggunakan Bahasa Inggris. Selain itu penggunaan dua bahasa tersebut bukan berarti Bahasa Inggris lalu diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia atau bahasa lainnya, namun menyampaikan berbagai informasi yang belum diketahui peserta didik bila menggunakan Bahasa Inggris.
Kelima, setelah penyampaian materi ditindaklanjuti dengan pemberian masalah kepada peserta didik. Sebaiknya masalah yang diberikan itu dipecahkan dalam kelompok agar terjadi kerja sama dan munculnya empati serta adanya tanggung jawab setiap individu atas tugas yang diembannya.
Keenam, hasil kerja kelompok dipresentasikan di depan kelas dan kelompok lain memberikan apresiasi, tanggapan, pembetulan juga kritikan. Di sini guru akan mudah membeikan suatu penilaian atas kerja mereka.
Ketujuh, pada akhir pembelajaran guru memberikan ulasan dan kesimpulan serta menginformasikan hasil penilaian secara menyeluruh atas kerja mereka. Bila perlu guru memberikan reward kepada kelompok terbaik agar mereka terpacu untuk terus belajar.
Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.***
Penulis adalah kepala SD Nasional Bertaraf Internasional
Desa Cikaso, Kec. Kramatmulya, Kabupaten Kuningan
Provinsi Jawa Barat
Kamis, 18 Desember 2008
PEMBELAJARAN BILINGUAL DI SBI
Diposting oleh ALLES GUTE! di 17.34
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
Semangat dan terus berkarya...
7 langkah itu ada bukunya pak...mhn infonya
7 langkah itu ada bukunya pak...mhn infonya
Posting Komentar